Kolaborasi Sido Muncul dan UNNES: Dorong Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat

1 week ago 5

Liputan6.com, Semarang PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) melalui produk unggulannya Tolak Angin bersama Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar Seminar Nasional Hybrid “Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat”. Kegiatan seminar ke-53 sejak tahun 2007 ini menjadi ruang diskusi antara dunia akademik, industri, dan tenaga kesehatan untuk lebih dalam memahami pemanfaatan obat herbal dan bahan alam di Indonesia.

Seperti diketahui, Indonesia menyimpan kekayaan alam luar biasa dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman, di mana sekitar 9.600 jenis diantaranya berkhasiat sebagai tanaman obat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pemanfaatan obat herbal untuk kesehatan masyarakat perlu terus dilakukan. Berangkat dari potensi inilah, seminar nasional tidak hanya menjadi forum ilmiah, tetapi juga hadir dengan semangat kolaborasi untuk menjembatani pengetahuan, menghapus mitos, serta membuka jalan bagi pemanfaatan obat herbal yang lebih luas dan berdampingan dengan pengobatan modern.

Direktur Sido Muncul, Dr. (H.C) Irwan Hidayat, menegaskan bahwa seminar nasional ini lahir dari visi bersama untuk memanfaatkan herbal dan bahan alam untuk masyarakat dan pelayanan kesehatan formal.

“Tujuan Sido Muncul dan UNNES adalah bagaimana memanfaatkan obat-obat herbal di dalam pelayanan kesehatan formal. Jadi, seminar dulu, setelah itu kami akan memulai dengan kerja sama riset dan hal lain yang menyangkut obat-obat herbal dengan dunia kedokteran,” ungkapnya kepada awak media di Gedung FK UNNES, Semarang, Selasa, (2/9/2025).

Irwan menyebut potensi obat-obatan herbal untuk dunia kesehatan sangatlah besar, misalnya pada kunyit dan temulawak.

“Potensi herbal ini banyak sekali. Salah satunya, menurut saya, yang sudah lama dikenal adalah kunyit. Kunyit itu untuk lambung, untuk liver, kemudian juga temulawak. Saya rasa banyak produk herbal yang bisa dipakai untuk pelayanan kesehatan, baik sebagai pendamping maupun bersama-sama dengan obat farmasi,” jelasnya.

Meski begitu, ia menekankan bahwa langkah utama bukan lagi menciptakan produk baru semata, melainkan mengoptimalkan produk obat-obatan herbal yang telah diproduksi oleh Sido Muncul.

“Kami sudah punya banyak produk. Ada produk-produk tunggal seperti kunyit, temulawak, jahe, daun dewa, kulit manggis, ada lebih dari 60 produk dengan bahan tunggal. Itu nanti bisa digunakan oleh dunia kedokteran,” tambahnya.

Peran Dunia Kedokteran dalam Pemanfaatan Herbal

Irwan mengungkapkannya bahwa pihaknya sudah lebih dari lima dekade secara konsisten memperkenalkan obat herbal ke dunia medis. Salah satu upaya nyata melalui pelaksanaan seminar kesehatan herbal. Menurutnya, kunci pemanfaatan herbal yang lebih luas adalah dengan melibatkan dokter sebagai mitra utama.

“Obat herbal itu bisa dimanfaatkan kalau ada partner dokter. Dalam 53 kali kegiatan seminar, saya memperkenalkan supaya para dokter bisa mengerti, mengetahui kegunaan obat herbal, dan bisa mengedukasi pasiennya. Kalau tidak ada tenaga medis, segala sesuatu tidak bisa berjalan. Obat farmasi pun kalau tidak ada partner dokter juga tidak bisa apa-apa,” tegasnya.

Karena itu, ia menekankan pentingnya standardisasi produk dan edukasi kepada tenaga medis tentang manfaat dari obat-obat herbal.

“Tugas kami sebagai perusahaan jamu adalah membuat produk yang standar. Kemudian memperkenalkan kepada para dokter dan meyakinkan mereka bahwa produk-produk ini baik. Supaya dokter bisa turut mengedukasi pasien,” kata Irwan.

Sido Muncul telah membuat compendium book tentang produk herbal dan manfaatnya untuk dibagikan kepada dokter. “Kalau mereka tahu, mereka bisa menggunakan dalam pelayanan kesehatan,” tambahnya.

Jembatani Kesenjangan Informasi Seputar Obat Herbal

Sementara itu, Rektor UNNES, Prof. Dr. S. Martono, M.Si, menegaskan bahwa seminar nasional ini penting untuk meluruskan informasi seputar obat-obatan herbal yang berkembang di masyarakat.

“Harapannya mampu menjembatani kesenjangan informasi yang ada di masyarakat tentang fakta, mitos, dan lain sebagainya mengenai obat herbal dan obat kimia. Ini momen yang pas untuk pembelajaran kepada masyarakat, bahwa pemanfaatan obat herbal tetap ada aturannya. Masyarakat juga bisa mengetahui pemanfaatan obat herbal yang bersanding dengan obat kimia," jelasnya.

Prof Martono berharap kerja sama dengan Sido Muncul dapat memperkuat riset dan pemanfaatan obat herbal. "Di kampus banyak peneliti, beberapa penelitian tentang obat sudah terbukti, tinggal diuji, lalu dikolaborasikan dengan dunia usaha. Dalam hal ini, Alhamdulillah Bapak Irwan bersedia berdampingan dengan UNNES," tuturnya.

Dengan kerjasama strategis antara dunia akademisi dan dunia usaha, Prof Martono berharap bisa menghadirkan keseimbangan informasi di masyarakat, bahwa selain obat kimia, ada obat herbal bermanfaat bagi kesehatan.

"Jadi bisa sedikit mengurangi kekhawatiran, terutama untuk pertolongan pertama pada gejala penyakit umum yang bisa diatasi dengan obat herbal,” tambahnya.

Kolaborasi Perguruan Tinggi, Industri, dan Pemerintah Kunci Hilirisasi Obat Herbal

Dekan Kedokteran Universitas Negeri Prof. Dr. dr Mahalul Azam, M.Kes menekankan bahwa kolaborasi dunia pendidikan dan dunia usaha sangat penting mengembangkan dan memanfaatkan obat-obatan herbal.

“Kami menjalankan tridharma perguruan tinggi; pendidikan, penelitian, pengabdian. Dan untuk hilirisasi perlu kolaborasi dengan dunia industri, serta dukungan pemerintah dalam regulasi,” jelasnya.

Prof Azam sepakat dengan Irwan Hidayat bahwa potensi herbal Indonesia sangatlah besar.

“Indonesia nomor dua di dunia dalam biodiversitas setelah Brasil, karena kita di kawasan hujan tropis. Potensinya (herbal) sangat besar. Harapannya, kolaborasi dengan Sido Muncul, pemerintah, dan perguruan tinggi bisa menghasilkan penelitian yang dihilirisasi sehingga ada produk riset yang bisa dikomersialisasi. Namun, paling penting memberi dampak manfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, Mohamad Kashuri, S.Si., Apt., M.Farm., menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan industri dalam pemanfaatan obat-obatan berbahan alam.

“Ini (Seminar) adalah suatu bentuk kegiatan yang sangat baik, seiring dengan misi Badan POM yang selalu mengajak bahwa pemanfaatan obat bahan alam harus dilakukan secara kolaboratif dengan konsep triple helix ABG, yaitu akademia, bisnis, dan government,” jelasnya.

Kashuri mengatakan BPOM memiliki tanggung jawab memastikan mutu obat dan makanan, termasuk obat bahan alam, agar aman dan memenuhi syarat. Namun, tugas itu tidak mungkin dijalankan sendiri. Kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi kunci, sebab kampus adalah pusat riset yang akan melahirkan inovasi produk herbal untuk bisa diterima industri.

"Edukasi seperti seminar ini penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Kashuri mendorong industri untuk berkolaborasi dengan dunia pendidikan melakukan riset dan memberikan data ilmiah yang baik agar lebih diterima masyarakat. Mengingat, peluang pemanfaatan obat herbal di Indonesia sangatlah besar. Salah satunya melalui budaya minum jamu.

“Budaya minum jamu tidak menunggu sakit, tetapi untuk mencegah penyakit. Dengan tingginya generasi Gen Z dan Gen Alpha, jika diedukasi dengan baik, mereka bisa menjadi aset untuk memanfaatkan jamu,” kata Kashuri.

Tingkatkan Wawasan Pemanfaatan Obat Herbal

Gelaran Seminar Nasional Hybrid “Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat” mendapat sambutan positif dari para peserta. Salah satunya, Kepala UPTD Puskesmas Bugangan, Kota Semarang dr. Sri Lestari, M.H.

“Seminar pemanfaatan obat herbal ini bagus sekali, karena jujur kami sebagai tenaga medis jarang mendapatkan seminar tentang obat herbal seperti hari ini. Terutama bagi dokter, seminar ini memberikan tambahan edukasi yang bisa kami sampaikan kepada pasien terkait manfaat obat herbal,” ujarnya.

Sri mengatakan pasien sebenarnya sudah cukup terbuka dengan obat herbal. Namun, sosialisasi dari tenaga medis masih minim. Karena itu, seminar semacam ini sangat penting untuk menambah wawasan para dokter.

“Kalau dari segi kedokteran, kami bisa memberikan edukasi kepada pasien terkait obat di luar obat medikamentosa yang selama ini diberikan. Dengan adanya seminar ini, kami mendapat tambahan ilmu untuk edukasi dan penyampaian kepada pasien, baik saat sakit maupun untuk menjaga kesehatan sehari-hari,” tambahnya.

(*)

Foto Pilihan

Murid sekolah dasar diperiksa mulut dan giginya saat kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SD Prestasi Global, Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).
Read Entire Article
Helath | Pilkada |